Rabu, 10 Maret 2010

Emang sarjana harus jadi karyawan/pegawai ya????

Judul di atas adalah kalimat pertanyaan yang saya jadikan "status" di Facebook pada tanggal 8 dan 9 Maret 2010. Sengaja saya menjadikan kalimat tersebut sebagai "status" di Facebook dua kali, karena ternyata banyak yang komentar. Sekedar ingin mengetahui apa yang ada di pikiran teman-teman. Ternyata hampir semua mengomentari dengan jawaban yang pada intinya sama, yaitu: sarjana ga harus jadi karyawan/pegawai.

Yup...memang benar sarjana tidak harus jadi karyawan/pegawai. Tapi kenyataan berkata lain. Fakta membuktikan bahwa yang dilakukan kebanyakan sarjana yang baru saja lulus (fresh graduate) adalah melamar pekerjaan (sebagai karyawan). Memang sah-sah saja melamar pekerjaan, karena itu hak mereka dalam menentukan pilihan. Tapi menjadi aneh ketika melamar pekerjaan yang tidak sesuai dengan gelar kesarjanaannya. Misal: sarjana pertanian, sarjana teknik, melamar pekerjaan di bank. Hal ini menunjukkan bahwa ada yang tidak beres dengan lapangan pekerjaan yang ada di negeri kita.

Faktor eksternal sangat berpengaruh terhadap perilaku kita, terutama faktor budaya dan prestise. Sudah menjadi budaya bahwa seorang sarjana harus menjadi karyawan/pegawai. Kalau tidak percaya, tanya saja sama Mbah/Kakek/Nenek Anda. Karena pada zaman mereka (kakek/nenek) menjadi karyawan/pegawai (apalagi pegawai negeri) status sosialnya lebih tinggi dibanding menjadi pengusaha/wiraswasta, walaupun dari segi penghasilan bisa saja pengusaha lebih tinggi. Kalaupun mau jadi pengusaha harus punya usaha yang menengah ke atas, secara sarjana gitu loh...masa dagang gorengan...masa jadi tukang sablon...ga level...!

Zaman sekarang sudah berubah, dan pemikiran pun mulai berubah. Namun, pemikiran yang baru ini belum menjadi budaya, karena generasi dengan pemikiran (budaya) lama masih ada. Artinya, perubahan yang terjadi bukan pada perubahan pemikiran lama ke pemikiran baru. Tapi yang terjadi adalah munculnya pemikiran baru pada generasi baru. Meskipun ada juga perubahan pemikiran lama ke pemikiran baru, namun sangat kecil persentasenya.

Saya tidak akan membahas tentang sumber atau sebab pemikiran yang salah (pemikiran lama) lebih dalam lagi, karena yang lebih penting adalah mencari solusi dari permasalahan ini. Negara kita saat ini belum "makmur". Lalu apa yang harus dilakukan untuk memakmurkan negeri ini? Meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi? Dengan meningkatkan sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). Yup...karena sektor UKM telah terbukti menyelamatkan negeri kita di saat krisis yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 lalu. Seperti yang dikatakan Deputi Sekjen ASEAN Sundram Pushpanathan di Jakarta saat workshop mengenai prospek ekonomi Asia Tenggara dan Amerika Latin beberapa waktu lalu, sektor UKM perlu ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi negara. Sektor UKM disebut-sebut sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi global dan mampu bersaing di pasar.

Namun, saya melihat pemerintah masih setengah-setengah dalam menyelesaikan masalah ini. Nampaknya kita harus bisa mandiri, berbuat sesuatu sebagai solusi permasalahan negeri. Oleh karena itu, sebagai seorang sarjana, kita seharusnya bisa menjadi agent of change (agen perubahan) seterusnya, bukan hanya pada saat menjadi mahasiswa. Tapi bagaimana caranya? Caranya ya dengan menciptakan lapangan pekerjaan. Bagaimana cara menciptakan lapangan pekerjaan? Ya dengan menjadi pengusaha. Bagaimana caranya menjadi pengusaha? Ya dengan membuka usaha. Usaha apa? Banyaaaak sekali peluang usaha saat ini. Carilah usaha yang sesuai dengan skill
(kemampuan) dan knowledge (pengetahuan) yang Anda dapat di bangku perkuliahan atau di mana pun juga. Ciptakan produk atau jasa. Kemudian jalin hubungan kerjasama sebanyak mungkin, dan pertahankan. Fokuslah! Mulai dari hal yang kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang juga! Jangan terlalu banyak berhitung, lakukan saja! Kalau kata om Bob: "Jadilah orang gila", "Jadilah orang bodoh", "Ngalir aja..."

referensi:
http://news.okezone.com/read/2010/03/02/95/308300/95/ukm-meningkatkan-pertumbuhan-ekonomi

Tidak ada komentar: